WISATA PENDIDIKAN

WISATA PENDIDIKAN BANDUNG


Bandung  merupakan salah satu tujuan wisata pendidikan di Indonesia . Melalui objek wisata pendidikan dapat  memperkenalkan kepada pelajar tentang sejarah dan budaya Indonesia maupun ilmu pengetahuan dan sains. Selain itu juga memperkenalkan alternatif tempat tujuan kelanjutan study, seperti Universitas dan akademi.
Berikut ini informasi beberapa wisata pendidikan di bandung yang biasa dikunjungi:

Gedung Merdeka
Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika Nomor 65 Bandung, Di dalam gedung ini terdapat ruang pameran tetap yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika Tahun 1955.
Museum ini terbuka untuk umum dan juga korps diplomatik dan organisasi-organisasi internasional untuk mengadakan seminar, diskusi, workshop, pameran dan kegiatan lainnya. (sumber: asianafrican-museum.org)

Boscha
Bosscha adalah sebuah Lembaga Penelitian dengan program-program spesifik. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, observatorium ini merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Sebagai bagian dari  Fakultas MIPA - ITB, Observatorium Bosscha memberikan layanan bagi pendidikan sarjana dan pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program Studi Astronomi, FMIPA - ITB. Penelitian yang bersifat multidisiplin juga dilakukan di lembaga ini, misalnya di bidang optika, teknik instrumentasi dan kontrol, pengolahan data digital, dan lain-lain. Berdiri tahun 1923, Observatorium Bosscha bukan hanya observatorium tertua di Indonesia, tapi juga masih satu-satunya obervatorium besar di Indonesia.
Observatorium Bosscha adalah lembaga penelitian astronomi moderen yang pertama di Indonesia. Observatorium ini dikelola oleh Institut Teknologi Bandung dan mengemban tugas sebagai fasilitator dari penelitian dan pengembangan astronomi di Indonesia, mendukung pendidikan sarjana dan pascasarjana astronomi di ITB, serta memiliki kegiatan pengabdian pada masyarakat.
Observatorium Bosscha juga mempunyai peran yang unik sebagai satu-satunya observatorium besar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara sampai sejauh ini. Peran ini diterima dengan penuh tanggung-jawab: sebagai penegak ilmu astronomi di Indonesia.
Dalam program pengabdian masyarakat, melalui ceramah, diskusi dan kunjungan terpandu ke fasilitas teropong untuk melihat objek-objek langit, masyarakat diperkenalkan pada keindahan sekaligus deskripsi ilmiah alam raya. Dengan ini Observatorium Bosscha berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan hanya menjadi tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi modern, Observatorium Bosscha berperan sebagai public good.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.
Museum Geologi letaknya di Jalan Diponegoro, tidak jauh dari Gedung Sate. Dari sini dapat diperoleh berbagai informasi yang berhubungan dengan masalah kegeologian. Di antara benda-benda yang menjadi koleksinya adalah fosil tengkorak manusia pertama di dunia , fosil-fosil kerangka binatang pra-sejarah, batu bintang seberat 156 kg yang jatuh pada 30 Maret 1884 di Jatipelangon, Madiun. Sebagai sebuah monumen bersejarah, museum ini dianggap sebagai peninggalan nasional dan berada di bawah perlindungan pemerintah. Museum ini menyimpan dan mengelola materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral, yang dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850. Buka setiap hari kecuali jumat dan libur nasional.

Sabuga
Sabuga mempunyai Dome Theatre dan Science Gallery yang berada di lantai 4. Dome Theatre dan Science Galllery ini memcoba menghadirkan suatu bentuk kegiatan pendidikan yang dilakukan secara bermain dan bersenang-senang (FUN EDUTAINMENT). Fasilitas ini dikelola sebagai suatu kesatuan Wisata Teknologi Jawa Barat.
Dome Theatre tempat pemutaran film 3D yang bersifat edukasi dengan layar yang berbentuk kubah dan merupakan satu-satunya di Indonesia. Dukungan penataan suara yang prima akan menjadikan susana menjadi lebih nyata dan lebih mendebarkan.
Scence Gallery, terdapat berbagai alat-alat peraga ilmu pengetahuan dan teknologi dimana kejadian-kejadian alam dapat dijelaskan melalui alat peraga ini, terutama melalui pendekatan Ilmu Pengatahuan Fisika dan Kimia. Para pengunjung dapat mengadakan interaksi secara langsung terhadap alat-alat dalam hal merasa, melihat, dan mendengarkan (feeling, seeing, and hearing) dengan bantuan serta arahan para pemandu. Dismaping itu, disediakan materi-materi berbasis kompetensi seperti yang diajarkan di sekolah.

KIDS SMART

A Fun Learning Computer, media teknologi yang berwawasan pendidikan dengan menghadirkan program pendidikan yang berbeda serta dirancang khusus untuk anak usia 3 sampai dengan 7u tahun. The Young Explores TM, merupakan solusi komputer all-in-one yang mampu mengembangkan pemikiran anak usia dini dan membantu mereka dalam mempersiapkan proses pembelajaran di masa depan. Melalui alat ini, anak-anak bida mendapatkan suatu pengalaman dalam mengasah kemampuan baik dalam melatih pendengaran maupun sambil bermain. Kidsmart, TryScience, dan Eternal Egypt merupakan alat peraga bantuan dari IBM Indonesia untuk Sabuga. 

WISATA PENDIDIKAN SAUNG  MANG UJO BANDUNG 

Traveling is not only matter of killing time or just having a look, but it also provides him or her to know or moreover to learn some new  exciting experience. Bener ga? menurut hemat penulis si gitu.
Bandung mungkin satu diantara tempat yang bisa memenuhi keinginan diatas. Tepatnya  di Saung Angklung Mang Ujo.


Mau coba main angklung? Tak perlu canggung bila sebelumnya Anda tidak pernah kenal musik. Dengan panduan seniman-seniman di Saung Mang Udjo, dalam seketika kita akan sanggup membawakan lagu I Have a Dream dalam suatu konser.
Itulah daya tarik utama Saung Angklung Mang Udjo. Pengunjung rumah seni yang terletak di kawasan Padasuka, Bandung, itu tidak dibiarkan hanya duduk diam menunggu suguhan. Dipandu oleh MC yang komunikatif dan seniman-seniman berusia 4-16 tahun yang atraktif, suasana ruang pertunjukan tak berdinding yang mampu menampung 500 orang itu menjadi hangat dan meriah.
Saung Angklung Mang Udjo adalah semacam rumah, sanggar, atau padepokan seni yang terletak di Jalan Padasuka 118, Bandung Timur. Meski berada di pinggir jalan, letak padepokan seluas sekitar dua hektar itu seperti tersembunyi di antara pemukiman penduduk yang padat.
Bedanya dengan rumah penduduk, kawasan padepokan dinaungi oleh rimbunnya pohon bambu wulung dan kelapa. Jadi begitu masuk, suasana sesak padatnya perkampungan segera tergantikan oleh sejuknya belaian daun bambu.
Selintas Saung mang UJO
Saung Mang Udjo didirikan pada tahun 1967 oleh seniman angklung terkemuka, (alm) Udjo Ngalagena (1927-2001). Salah satu misi rumah seni ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan musik bambu.
Selain pepohonan bambu, di kompleks rumah seni itu terdapat bengkel pembuatan serta tempat-tempat penyimpanan angklung yang siap diekspor ke Korea, Jepang, Belanda, Jerman, Perancis, dan Amerika. Jadi selain menikmati atraksi permainan musik, pengunjung juga bisa menyaksikan para pekerja membuat angklung.
Di tempat itu pula setiap hari seusai jam sekolah puluhan anak dari kampung sekitar diajari menyanyi, menari, dan memainkan angklung. Kemudian pada sore harinya, yaitu setiap pukul 15.30 hingga 17.30, semuanya diikutsertakan dalam pentas untuk menghibur pengunjung.
"Mereka yang terlibat dalam pertunjukan ini berusia antara tiga hingga 16 tahun," tutur Ika dan Mayang, mantan pemain angklung yang kini lebih sering berperan sebagai MC.
Tak hanya kesenian yang diajarkan kepada mereka. Di usia yang masih sangat muda, bocah-bocah itu juga dilatih berbahasa Inggris. Jangan heran kalau di tengah pertunjukan, seorang bocah yang baru saja menyuguhkan atraksi berani bicara di tengah panggung, "My name is Rian. I am six years old..." dan seterusnya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai MC, Ika dan Mayang pun tak kalah fasih dibandingkan dengan penyiar televisi programa bahasa Inggris dalam memberikan penjelasan atas tontonan yang sedang dinikmati pengunjung.
Menikmati kesenian Sunda di Saung Mang Udjo memang tidak membosankan. Setelah MC memberi pengantar, pentas kesenian segera dibuka dengan pertunjukan wayang golek. Namun, di sini bukan cerita wayang golek itu yang ingin ditekankan. Kepada pengunjung justru diperlihatkan bagaimana boneka-boneka yang bisa menari dan jumpalitan itu dimainkan.
Kemudian dengan iringan gendang dan alat musik yang semua terbuat dari bambu (Arumba: Alunan Rumpun Bambu), aneka atraksi pesta rakyat yang melibatkan puluhan penari disuguhkan. Puncaknya, sekitar 30 remaja putra dan putri yang masing-masing menjinjing antara empat hingga enam anklung maju ke pentas.
Berbagai jenis lagu mereka perdengarkan. Ada lagu daerah, pop nasional maupun asing, bahkan lagu klasik Symphony No. 40 karya Mozart yang berirama lincah juga sanggup diperdengarkan dengan musik bambu di tangan mereka.
Konser Penonton
Kejutan tak berhenti sampai di situ. Begitu selesai memperlihatkan keterampilan, para remaja itu langsung menghambur, masing-masing mendampingi seorang penonton sambil membagikan angklung. Di tengah ruangan, seorang pelatih kemudian memberi panduan kilat tentang cara memegang dan menggoyangkan alat musik itu untuk memperoleh tekanan suara yang diinginkan.
Seniman-seniman cilik yang mendampingi pengunjung akan memperjelas dengan memberikan contoh langsung apa yang dimaksud pelatih. Setelah diberi tahu pula kaitan antara isyarat tangan dengan nada angklung mana yang harus dibunyikan, tangan pelatih itu lalu bergerak-gerak lincah.
Serentak dari situ terdengar berbagai alunan lagu dari angklung yang secara bergiliran dibunyikan pengunjung sesuai isyarat tangan pelatih. Satu di antaranya adalah lagu I have a dream yang pernah dicoba dipopulerkan oleh kelompok penyanyi West Life.
"I have a dream, a song to sing...." Begitu, tanpa dikomando, para pengunjung menimpali alunan musik bambu di tangan mereka itu dengan nyanyian dari mulut sendiri.
Alamat
Saung Angklung Mang Udjo Jl. Padasuka 118 Bandung 40192 Telp. (022) 7271714 Faks. (022) 720 1587
Pertunjukan: Setiap hari pukul 15.30 - 17.30. Tiket: Rp 50.000

Eh bocoran dikit ni. Berdasarkan pengalaman penulis harga itu masih bisa digoyang lho. syaratnya mesti rombongan dan reservasi dulu (via telpon aja) dan untuk rombongan sekolah. siapa tahu sampai 50  atau 60 % discount.. He... he ... he.. menarik kan. E harga itu jg bukan sekedar entrance ticket aja tapi sudah include welcoming drink and souvenir.